Senin, 07 Desember 2009

Perkembangan Teknologi Medik, Industri Obat dan Peralatan Kesehatan

Pertumbuhan Industri obat perlu diperhatikan. Harga obat yang menjadi semakin mahal dapat menjadi ancaman bagi rumahakit karena masyarakat mungkin tidak mampu untuk membelinya. Disamping itu lingkungan luar industri obat ini dapat membuat rumahsakit terjerumus pada hubungan yang tidak baik (kolusi) antara rumahsakit, dokter dan jaringan industri obat dalam konteks promosi penggunaan obat. Akibatnya biaya pengobatan rumahsakit menjadi meningkat. Dalam jangka panjang keadaan ini dapat merugikan rumahsakit. Serupa dengan industri obat, terdapat kecenderungan semakin mahalnya peralatan kedokteran. Dalam hal pembelian alat dan fasilitas kesehatan, peluang mendapatkan insentif keuangan dari proses pengadaan sarana dapat menjadi pemicu in-efisiensi di kalangan birokrasi Departemen Kesehatan dan para manajer rumahsakit.

Pengamatan menunjukkan bahwa obat semakin banyak variasinya dan harga obat semakin mahal. Teknologi kedokteran semakin meningkat dan menghasilkan berbagai alat kedokteran yang canggih. Pasien semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Para perawat semakin mengembangkan diri. Direksi rumahsakit menggunakan berbagai konsep manajemen baru. Para dokter semakin mengembangkan diri dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan. Akan tetapi semuanya berujung pada perubahan bahwa pelayanan kedokteran di rumahsakit menjadi semakin mahal. Bagaimana kita menafsirkan perubahan-perubahan ini?

Salahsatu konsep untuk menafsirkan berbagai hal tersebut adalah perubahan global. Dunia (global) merupakan tatanan yang sangat dinamis. Sejarah tata dunia menunjukkan adanya pergolakan, perang antar negara, konflik antar ideologi, bangsa dan pemeluk agama. Dalam konteks perubahan tata ekonomi dunia yang mempengaruhi sektor rumahsakit, saat ini berkembang aliran yang disebut sebagai neo-liberalisme (Stiglitz 2002). Faham neo-liberalisme ini berasal dari sebuah konsensus di Washington, Amerika Serikat, yang menekankan mengenai pentingnya stabilisasi. Liberalisasi perdagangan dan privatisasi. Pandangan neo-liberalisme menganggap dunia sebagai pasar besar yang dapat dimanfaatkan oleh produsen secara efisien. Banerjee dan Linstead (2001) menyatakan bahwa globalisasi dapat menjadi jenis baru kolonialisme karena kekuatan modal negara maju akan menguasai negara sedang berkembang. Penguasaan ini dilakukan dengan melalui ketergantungan pada barang dengan cara meningkatkan konsumsi melalui berbagai promosi gaya hidup melalui iklan. Secara populer hal ini disebut sebagai konsumerisme dimana manusia adalah pasar yang harus dipengaruhi untuk membeli sesuatu. Globalisasi dapat berakibat buruk atau baik, tergantung kesiapan negara. Namun ada catatan bahwa globalisasi saat ini justru menguntungkan negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Beberapa negara di Afrika mengalami kemunduran ekonomi karena adanya perjanjian perdagangan bebas (Stiglitz 2002).

Akibat faham globalisasi ini membawa penduduk dunia yang masuk dalam World Trade Organization menjadi pasar besar, dimana penduduk Sleman di Yogyakarta bisa membeli BMW yang dibuat di Jerman, atau penduduk Brookline di Massachussets bisa membeli panci buatan Maspion Surabaya. Obat tradisional Cina dapat dibeli di London, sementara para laki-laki di Singapura dapat membeli Viagra. Dalam konteks perdagangan global ini penjual berbagai barang dan jasa berteknologi tinggi dikuasai oleh negara maju yang bebas menjual ke seluruh negara. Sektor kesehatan merupakan contoh nyata ketergantungan ini. Hampir seluruh teknologi obat dan peralatan kedokteran merupakan produk negara maju yang dikonsumsi pula oleh negara sedang berkembang dengan harga setempat yang sangat tinggi.
Perubahan global membikin sebuah negara menjadi semakin sulit untuk melakukan isolasi dari perubahan dunia. Disamping itu semakin sulit menemukan manusia yang tidak terpengaruh budaya global. Sebagai contoh, cara hidup manusia Indonesia semakin terpengaruh oleh kebudayaan luar. Berbagai simbol sukses masyarakat maju masuk ke Indonesia menggantikan simbol-simbol tradisional. Mobil mewah seperti BMW dan Mercedes Benz dapat menjadi simbol sukses seorang profesional, misalnya pengacara, dokter atau dosen perguruan tinggi di negara sedang berkembang. McDonald merupakan simbol dari modernisasi pola makan di luar untuk anak-anak dan remaja Indonesia menggantikan makanan tradisional. Aqua menggantikan peran PD Air Minum di Indonesia sebagai simbol untuk keluarga modern yang memperhatikan rasa dan aspek kesehatan. Menghadiri pertemuan American Psychiatrist Association di Amerika Serikat menjadi salahsatu kegiatan prestisius psikiater dari negara sedang berkembang. Pendidikan anak di luarnegeri merupakan simbol sukses orang tua.


Semua produk industri global tersebut membutuhkan biaya yang besar untuk memperolehnya. Dari mana sumber biayanya? Di sektor kesehatan yang bertumpu pada pembayaran langsung, sumber biaya tentunya berasal dari pasien, atau dari industri obat dan teknologi kedokteran yang pada akhirnya membebankan pada pasien. Seorang psikater dari RRC yang menghadiri kongres American Psychiatrists Association di Philladephia pada tahun 2002 mengakui bahwa biaya perjalanannya dibiayai dari pabrik obat.
Berbagai teknologi medik dan konsep-konsep baru berkembang, tumbuh, dan menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia yang dipacu penggunaan Internet. Isu mengenai efisiensi, produktifitas, pengembangan mutu, pemerataan pelayanan merupakan kata-kata kunci dunia yang mengenai pula sektor rumahsakit. Sistem manajemen rumahsakit di Indonesia juga terpengaruh oleh kata-kata kunci ini. Berbagai kegiatan dilakukan untuk mengembangkan sistem manajemen di rumahsakit dengan konsep-konsep yang dipakai secara universal diberbagai belahan bumi. Sistem akreditasi rumahsakit diberlakukan di Indonesia, pengembangan ilmu kedokteran banyak bertumpu pada teknologi global, dan sistem manajemen rumahsakit mengadopsi konsep-konsep global.

Pengaruh gaya hidup global ini menyebabkan sebagian profesional di negara berkembang, termasuk manajer rumahsakit, dokter dan perawat, menjadi kelompok manusia dalam tatanan sosial di masyarakat yang meluncur pada “jalur cepat selaras dengan globalisasi”. Di kalangan sumber daya rumahsakit, pola hidup global ini membutuhkan sumber pembiayaan kuat dengan ukuran dollar karena mengkonsumsi produk internasional. Kebutuhan ini menimbulkan masalah. Seperti diketahui pendapatan profesional Indonesia dengan gaya hidup global menggunakan ukuran mata uang rupiah yang kecil kekuatannya. Sementara itu ada berbagai pajak untuk barang mewah impor yang dikonsumsi profesional Indonesia. Sebagai gambaran, harga mobil Honda Civic di Amerika Serikat adalah sekitar 10.000 US$, sedangkan di Indonesia sekitar 25.000 US$ (l.k Rp 220 juta rupiah). Harga mobil Civic di Amerika Serikat setara dengan 1 bulan gaji profesional menengah, sementara untuk Indonesia merupakan 150 bulan gaji dokter PNS berpangkat III d. Dapat dibayangkan untuk memenuhi standar hidup global dalam kepemilikan mobil, para profesional yang berada pada jalur global di negara sedang berkembang (termasuk di Indonesia) harus bekerja sangat keras untuk mendapat tambahan pendapatan di luar gaji resminya.

Referensi :
http://astaqauliyah.com/2005/12/08/perkembangan-teknologi-medik-industri-obat-dan-peralatan-kesehatan/

Indonesia Belum Tertinggal Kembangkan Nano Teknologi

Indonesia tidak tertinggal jauh dalam teknologi nano (nanoteknologi) dibanding negara-negara Asia lainnya dan sangat potensial mengembangkan nanoteknologi yang saat ini sedang mulai mengalami "booming".

"Indonesia sangat potensial mengembangkan nanoteknologi, baik dalam hal bahan baku, pasar, maupun kesiapan sumber daya manusia," kata Ketua Umum Masyarakat Nanoteknologi Indonesia (MNI) Dr. Nurul Taufiqurochman di sela Konferensi Internasional "Advanced Materials and Practical Nanotechnology" di Jakarta, Rabu (11/11) seperti dilansir ANTARA.

Saat ini, menurut Nurul yang akan mendapat anugerah Habibie Award itu, dunia sedang mengarah pada revolusi nanoteknologi, di mana dalam periode 2010 sampai 2020 akan tejadi percepatan luar biasa dalam penerapan nanoteknologi di dunia industri. Berbagai negara disebutkan, berlomba-lomba mengalokasikan dana untuk berinvestasi mengembangkan teknologi material berukuran mini itu, dimulai oleh AS yang pada 2000 mengalokasi dana riset hingga 3,7 miliar dolar AS. Sementara Rusia baru-baru ini mengalokasikan 4 miliar dollar AS.

Ia mengatakan, nanoteknologi saat ini sudah semakin diaplikasikan ke berbagai bidang di sektor industri seperti di bidang kosmetik, pengobatan, tekstil, bahan bangunan, teknologi informasi dan komunikasi dan lain-lain. Ia mencontohkan, di bidang kosmetik, butiran bedak seukuran nano meter yang sangat halus membuat penampilan menjadi jauh lebih menarik, di bidang pengobatan misalnya suatu zat berukuran nano lebih bisa menyerap dalam darah dan bisa lebih efektif memulihkan pasien.

Di bidang tekstil bisa membuat pakaian menolak keringat dan tidak perlu dicuci, di bidang TIK bisa membuat suatu media penyimpanan (memory stick) lebih banyak menyimpan data, atau di bidang material bisa memperkuat struktur bangunan. Ia melanjutkan, SDM di bidang nanoteknologi di Indonesia dinilai cukup banyak, yaitu lebih dari 100 ilmuwan.

Namun, ia menyayangkan, nanoteknologi belum bisa cepat berkembang karena keterbatasan dana dan infrastruktur. "Ilmuwan nano kita banyak tetapi terpencar-pencar. Namun, sekarang ini mereka sudah semakin menyatu dalam wadah dan ingin bergerak. Hanya saja hambatannya adalah dana," katanya.

Ia membandingkan dengan Korea Selatan yang presidennya sangat peduli pada perkembangan nanoteknologi dengan menyatakan "go nano or die", sehingga aplikasi nanoteknologi di Korea sangat pesat, dari mulai di industri telepon seluler hingga ke bioteknologi.
Sebelumnya, ia menyebutkan pada 2010 Indonesia sudah bisa menjadi pemasok material nano sebagai bahan baku, dan pada 2015 mampu memenuhi kebutuhan nasional produk nanopartikel serta mulai menjadi pemasok kebutuhan global.

Konsumsi partikel nano dunia diperkirakan semakin meningkat 5-10 kali lipat sejak 2005 hingga 2010, meliputi nanokeramik sebesar 179 juta dolar AS menjadi 1.500 juta dollar AS, nanopartikel logam dari 89 menjadi 770 juta dollar, nanostruktur logam dari 28 menjadi 198 juta dollar, nanoporous material dari 54 menjadi 690 juta dollar dan carbon nano tube dari 43 menjadi 260 juta dollar AS.

Referensi: http://www.tvone.co.id/berita/view/27384/2009/11/11/indonesia_belum_tertinggal_kembangkan_nano_tekhnologi